Grameen Bank di PNPM Mandiri Perdesaan
Oleh : Ahmad Khotib, S.Ag.*)
Tidak ada yang lebih mengesankan dari Prof Muhammad Yunus (peraih Hadiah Nobel bidang ekonomi tahun 2006), selain pesannya kepada masyarakat miskin di Bangladesh tentang apa yang ia kerjakan sekarang ini adalah agar generasi yang akan datang mengetahui bahwa “dengan tumbuh dan Berkembangnya Grameen Bank (Bank pedesaaaan), Kemiskinan pada suatu saat nanti hanya mungkin ditemui di musium. Tekad yang begitu tegar dari seorang ekonom dengan latar belakang pendidikan ekonomi di negara paling liberal Amerika serikat tersebut, sangat mencengangkan para ekonom dari sebagian besar negara maju. Tetapi ide yang dikemukakan dan dilaksanakan secara konsekwen oleh Profesor Yunus ternyata didukung oleh banyak kalangan, baik pemerintahan maupun swasta, termasuk dari bekas Presiden Amerika serikat Bill Clinton. Bahkan Nyonya Hilary Clinton pada tahun 1997 berkenan menjadi ketua presidium pengembanganm Grameen Bank untuk Negara Bagian Arkansas.
Grameen Bank terlahir dari rasa keputus-asaan Yunus atas teori ekonomi yang muluk-muluk tetapi tidak menyentuh kemiskinan, dan atas keengganan lembaga keungan formal terutama perbankan untuk memberikan kredit bagi kelompok miskin yang dinilai tidak potensial untuk menjadi nasabah Bank. Dari hasil pengamatannya selama tahun 1975 s/d 1976 Yunus menyimpulkan bahwa kemiskinan bukan karena mereka malas dan bodoh, tetapi karena masalah mendasar dalam system (kemiskinan structural), yaitu mereka tidak memiliki modal, sedangkan untuk meminjam kepada lembaga perkreditan formal mereka terbentur pada masalah agunan. Pada waktu pengamatan berikutnya Yunus mengetahui bahwa ada jaminan yang lebih berharga dari anggunan dalam kehidupan kelompok miskin yaitu Social capital.
Selain itu ia berkeyakinan bahwa kelompok miskin mempunyai kemampuan terpendam untuk mempertahankan hidup dan ini telah dibuktikan dengan eksistensi mereka dari generasi ke generasi. Dari 2 keyakinannya ini Yunus betekad untuk membangun Bank yang mau memberikan modal bagi kelompok miskin, dimulai dengan proyek percobaaan kredit mikro, yang berhasil mengangkat 500 orang anggotanya untuk melewati garis kemiskinan. Yang menarik untuk dicermati yaitu yang menjadi sasaran utama keanggotaan Grameen Bank adalah kaum wanita dan sampai dengan tahun 2005 dari jumlah anggota Grameen Bank di Bangladesh telah berkembang menjadi lebih dari 2 juta orang, dari jumlah ini 94 % nya adalah wanita.
Pilihan wanita untuk menjadi anggota Grameen Bank didasarkan pada pemikiran bahwa tanggung jawab wanita terhadap keluarga lebih besar dan wanita akan membelanjakan uangnya hanya untuk kepentingan keluarga. Oleh karena sasarannya ini maka Grameen Bank pada awalnya mendapat tantangan dari banyak pihak, karena dinilai bertentangan dengan budaya setempat, seperti para wanita mengadakan pertemuan/rapat mingguan dan memanggil nama wanita dengan namanya sendiri dan bukan nama suaminya atau nama keluarganya.
Bersambung…
*) Ahmad Khotib, S.Ag. adalah Fasilitator Kecamatan Greged.Kab. Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar