Perjalanan Terakhir Mamo …
Studi Banding PNPM Mandiri Perdesaan 2010 ke Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, menyisakan kenangan amat dalam bagi para peserta, maupun penulis secara pribadi. Karena ternyata, itu kebersamaan kami yang terakhir dengan H. Yunus Anshori, Ketua UPK Kecamatan Kapetakan/Suranenggala. Kami, para pengurus UPK, biasa memanggil beliau dengan mamo (logat Kapetakan artinya bapak). Kami semua hormat pada beliau, karena dituakan. Di samping itu, beliau mantan anggota DPRD II periode 1997-1999. Pengalaman politiknya pun memang sepadan dengan usianya. Di lingkungan kami, beliau sangat sahih dalam membicarakan lika-liku lembaga legislatif. Informasi-informasi penting yang berkaitan dengan PPK maupun PNPM-MP yang sedang digodog dewan terhormat, seringkali beliau sampaikan dalam Rakor Forum UPK.
Entah kebetulan atau memang sudah dikondisikan panitia, di hotel tempat kami menginap beliau satu kamar dengan saya. Sambil bergurau, saya berseloroh, kamar 231 ini mo khusus rombongan manula, karena penghuninya rata-rata 40 tahun ke atas, dan mamo yang ter….. Di kamar ini kami berempat, mamo, ketua UPK Pangenan, PL Susukan Lebak, dan saya. Suasana di kamar hotel, semakin menambah kenangan saya dengan beliau. Mungkin karena posisi saya sebagai ketua forum, menjadikan kami sangat dekat secara personal. Bahkan dalam beberapa kesempatan saya sering merasa tidak sopan terhadap beliau dalam bergurau, karena begitu dekatnya. Tapi saya paham betul, beliau terbuka dan mudah bergaul dengan siapa saja.
Satu hal yang luar biasa dari mamo adalah kualitas fisiknya. Setelah seharian melaksanakan studi banding di Wangon dan perjalanan melelahkan menuju Yogyakarta, menurut saya tidur adalah pilihan termungkin, karena kondisi fisik yang cukup letih. Tapi mamo is mamo, subhanallah !, setelah mandi dan melaksanakan salat Isya ternyata sudah bersiap dengan kostum baru, menapaki kemeriahan jalan Malioboro. Saya dan H. Kusnadi (Ketua UPK Pangenan) yang relatif lebih muda “dipaksa” mengakui kelebihan stamina mamo. Padahal menurut saya, besok cukup waktu untuk menaklukkan Malioboro, sekaligus melanjutkan aktifitas lainnya.
Keesokan harinya, tidak kalah menantang, diulanginya sekali lagi menyusuri detil-detil Malioboro. Saya sempat berpapasan di Malioboro, tidak sedikit pun terlihat keletihan di raut mukanya. Malah saya melihat beliau sangat menikmati, lihat ini lihat itu, tawar sini tawar situ. Sekitar pukul 11.00, kami kembali ke kamar hotel karena menjelang ibadah salat Jum’at. Mamo terlihat sedang membuka-buka seabreg oleh-oleh yang dibelinya di Malioboro. Karena agak malas dan capek, jadilah saya merebahkan badan di tempat tidur sambil menunggu teman lain mandi dan berwudlu. Ketika terbangun jam sudah menunjukkan pukul 11.45, saya lihat sudah tidak ada siapa-siapa di kamar. Saya sedikit kesal sama mamo dan H. Kusnadi, karena tidak membangunkan saya untuk bersama-sama ke mesjid. Saya jadi terburu-buru karena takut tertinggal salat Jum’at. Turun dari mesjid saya langsung complain, “Mo, aja slamet dewek bae arep mangkat kuh, tangi nang aja ditinggal ”. Beliau menjawab enteng, “Melas, soale ngorok arep ditangi nang kuh bokat pegel”. Sepanjang kebersamaan kami disana mamo tak kenal capek, hingga kami semua kembali ke Cirebon.
Begitulah gambaran mamo, kalau dalam bahasa sekarang beliau sosok yang taft and mobile, kuat dan tidak pernah mau diam, selalu dinamis. Apalagi dalam hal membela kebenaran yang diyakininya. Setiap ba’da Jum’at, aktititas rutin beliau adalah memberikan pengajian kepada ibu-ibu jam’iyah di kediamannya. Rutinitas ini juga menjadi prioritas mamo, sekaligus menunjukkan sisi religius dan ketokohannya. Yah, begitulah mamo seakan tidak punya rasa capek untuk menepati tanggung jawab sosialnya.
Ketika mendapat kabar mamo kecelakaan dan dirawat di rumah sakit, saya terkejut dan sedih. Di hati saya bertanya, apalagi yang ingin mamo tunjukkan kepada kami. Karena pada saat kecelakaan terjadi, ternyata mamo dalam perjalanan untuk memberikan bimbingan ibadah haji kepada para calon jama’ah. Sementara, saya dan teman-teman yang lain masih belum selesai menghabiskan “oleh-oleh” capek dan letih dari Yogya. Allahu Akbar! Mamo memang sosok yang luar biasa. Lebih sedih lagi, ketika tepat satu minggu setelah kejadian itu, kami dikabari bahwa H. Yunus Anshori berpulang ke Rahmatullah, Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.
Tidak ada sesuatu yang terjadi di dunia ini tanpa rencana Sang Khaliq. Meski sedih, kita semua ikhlas karena kiita yakin ini yang terbaik menurut Allah Azza wa jalla. Mamo adalah teladan bagi kami dan perjuangannya akan kami teruskan. Doa kami semua untuk mamo, mudah-mudahan Allah memberikan tempat yang layak di sisi-Nya. Bagi keluarga yang ditinggalkan, mudah-mudahan diberikan kekuatan, kesabaran dan ketabahan dalam menghadapinya. Allahumaghfirlahu, warhamhu, wa’afihi wa’fu ‘anhu…amin ya rabbal ‘alamin. Yah, ini menjadi perjalanan terkahir mamo bersama kami, selamat jalan mamo !.
Syaichu Ahmad
Ketua Forum UPK Kab. Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar